Senin, 27 Agustus 2012

Be An Idol [PART 1]


Part 1
Aku membantu Susy dan Fai memindahkan barang- barang kami. Sedangkan yang lain, menunggu di depan gerbang sekolah. Hari ini, kami akan pindah ke tempat tinggal baru, yang disebut dorm. Kalian pasti bertanya- tanya mengapa kami bisa mendapatkannya. Ya! Kemarin kelas kami ditunjuk sebagai kelas II IPA terfavorit di seluruh SMA yang ada di kota Tarakan. Wow! Itu merupakan suatu kebanggaan. Ternyata, usaha kami untuk mengumpulkan nilai hingga mendapat nilai A+ nggak sia- sia! Selain itu, kami juga dijuluki ‘the gold class’ artinya, kelas emas. Aaah, aku benar- benar nggak percaya akan hal ini. Tapi aku pun senang karena harapanku dan teman- teman sekarang ini menjadi kenyataan! Yaitu, keluar dari asrama sekolah dan tinggal di tempat yang lebih luas! Hahahaha…
Drrtttt…..
Ponselku pun bergetar. Aku meletakkan kardus yang ku bawa di dekat tangga dan menyuruh kedua temanku berhenti.
“Susy, Fai! Berhenti sebentar!” kataku memerintah mereka. Keduanya pun menurut. Aku segera melihat ponselku.
From: Hoya
Selamat yah, akhirnya yang kau harapkan selama ini terwujud juga. Kau bisa menempati dorm yang kau impikan…
Aku tersenyum membaca pesan dari Hoya itu. Oya, aku belum cerita pada kalian siapa itu Hoya. Dia adalah temanku, siswa kelas II IPS A. Lebih pantasnya lagi disebut sahabat. Bukan hanya aku yang berteman dengannya. Teman- temanku yang lain pun akrab dengan Hoya, juga teman- temannya.
Aku memasukkan ponselku ke dalam kantong celanaku dan bergegas mengangkat barang- barangku lagi. Nanti saja aku membalas pesan dari Hoya, setelah sampai di dorm.
“Pesan dari siapa?” tanya Susy.
“Hoya….” jawabku singkat.
“Eh, dia? Lalu, kenapa kau nggak membalasnya?” tanya Susy lagi.
“Nanti saja. Kita kan masih ngangkut- ngangkut barang, masa juga balas pesannya sekarang?” ujarku.
“Aaah, sudahlah! Ayo cepat! Mereka sudah menunggu lama di luar!” ujarku lagi sambil menarik lengan Susy dengan tangan kananku.
Akhirnya, kami sampai juga di depan gerbang. Ku lihat di sana ada Sandra, Nicky, Minah, Amel, Jia, dan Andien. Sepertinya, aku nggak melihat dua orang lagi. Astaga! Jessica dan Tiffany kemana yah?
“Lho, kenapa kalian berenam aja? Mana Jessica dan Tiffany?” tanyaku.
“Mereka memutuskan untuk ke dorm duluan,” jawab Sandra.
“Kata mereka menunggu kalian itu, membuat mereka berdua kepanasan di sini,” sambung Amel.
“Hahaha…. Lalu, mereka ke dorm naik apa?” tanyaku lagi sembari menaruh barang- barang yang ku bawa ke dalam mobil.
“Ya naik angkot!” jawab Sandra.
“Sandra! Aku yang nyetir yah!” ujar Jia. Itu membuat Sandra bergidik ngeri. Lalu, dia menoleh ke arah Jia.
“Apa kau bilang? Apa aku tidak salah dengar?” tanya Sandra sambil memegang telinga sebelah.
“Ya! Kau emang nggak salah dengar!” jawab Jia sambil memajukan bibirnya. Kalau sudah begini, berarti dia ngambek!
“Hei! Kau ini masih kecil, belum punya SIM dan belum pantas mengemudi!!!” Sandra pun meneriakkan kata- kata itu tepat di telinga Jia. Itu membuat Jia tambah ngambek! Sambil memegangi telinganya, Jia terlihat akan menangis. Aku pun segera memeluk dan menenangkannya.
“Hiks…. Hiks….” tangisnya.
“Udahlah Jia, jangan nangis lagi dong!” kataku sambil mengusap kepalanya dan membawanya masuk ke mobil, disusul oleh Susy dan Fai. Sandra dan Andien duduk di depan. Sedangkan sisanya duduk di belakang. Mobil pun dijalankan.
Selama di perjalanan menuju dorm, Jia terus saja menangis. Walaupun nggak separah saat masih di sekolah tadi. Kalau bukan karena aku, Susy dan Fai yang menenangkannya dia nggak akan menjadi sebaik ini. Hanya kami yang bisa mendiamkannya. Yang lain, hanya bisa membentaknya dan membuatnya tambah menangis! Huh, kejam sekali sih yang lainnya itu!
“Hei, anak kecil! Diamlah! Berhenti menangis, jika kau terus- terusan menangis aku jadi nggak fokus mengemudi nih!” bentak Sandra dari depan. Aku pun segera memukul pundaknya agar dia berhenti mengomel. Kasihan kan Jia jika diomelin terus.
-oo0oo-
Kami pun sampai juga di dorm kami. Wow! Bagus sekali. Jujur, baru kali ini aku melihat dorm secara langsung. Aku kira yang namanya dorm  itu hanya ada di korea dan diberikan pada girlband atau boyband di sana. Ternyata di Tarakan pun ada! Tapi, bukan untuk para girlband dan boyband loh! Untuk siswa berprestasi seperti kami ini! (maaf agak sombong).
“Aaah!” keluhku dan merebahkan diri di sofa.
“Kau kenapa?” tanya Susy.
“Aku lelah sekali! Lenganku sakit abis mengangkat barang- barang tadi….” keluhku. Tiba- tiba, Tiffany dan Jessica keluar dari dapur. Itu mengejutkanku dan yang lainnya.
“Oh, jadi dua makhluk ini sudah duluan masuk sini?!” kata Nicky sambil mengelap peluhnya.
“Hehehe. Kami berdua nggak tahan nunggu lama- lama…” jawab Tiffany enteng.
“Iya! Abisnya Yesika lama banget sih, ngangkut barang gitu aja...” tambah Jessica.
“Hei! Kau kira enak ngebawa barang banyaknya begitu?” aku langsung memelototi Jessica hingga dia bersembunyi di balik punggung Tiffany. Lalu, aku mengambil sesuatu dari kardus yang ku angkat tadi.
“Ini! Aku juga mengambilkan semua bonekamu!” kataku sambil melemparkan boneka ke arahnya. Eh, yang dilempar malah nyengir! Sialan kau, ah!
“Oya, tadi kami berdua sudah menghitung jumlah kamar di sini. Dan hanya ada empat kamar. Jadi, satu kamar itu bisa dua atau tiga orang….” kata Tiffany dengan gayanya yang sok bijaksana itu.
“Dan kami berdua sudah mengaturnya pula! Yesika, kau sekamar dengan Nicky,” aku langsung menepuk dahiku ketika mendengar perkataan Tiffany.
“What?! Tidak tidak! Aku dengan Susy dan Fai saja…..” ujarku memprotes. Aku nggak mau sekamar dengan Nicky, cukup sudah aku ngerasain nggak enaknya sekamar dengannya. Dia itu kalau tidur ribut sekali, suka mendengkur. Dan parahnya lagi, dia itu tidur berputar seperti gasing.
“Harus!” Tiffany menekankan kalimatnya. Dia memelototiku, agar aku menurutinya.
“Pokoknya aku nggak mau! Kau siapa! Kau paling muda di sini, kenapa kau yang mengatur? Sedangkan Fai, dia tidak mau mengatur- atur kami! Padahal, dia yang paling tua di sini!!!!” balasku. Tiffany menelan liurnya saat aku bilang seperti tadi. Apalagi yang lainnya menyetujui kalimatku tadi. Wah, kalah telak dia! Hahahaha.
“Baiklah, baiklah! Kalian pilih sendiri roommates kalian,” ujarnya lalu meninggalkan kami dengan wajah yang kusut. Sepertinya dia marah, karena aku mengatainya paling kecil di kelompok ini. Yang lain hanya terkikik geli saat melihat ‘dongsaeng’ ngambek. Jessica pun segera menyusulnya.
-oo0oo-
Aku masuk ke kamar dengan Susy. Sementara Fai, masih sibuk mengobrol dengan Sandra dan Andien di depan. Tiba- tiba aku teringat sesuatu! Astaga! Aku belum membalas pesan dari Hoya. Aku pun segera mengambil ponselku dan membalas pesannya. Sambil menunggu balasannya, aku duduk di tepi ranjang. Sedangkan Susy menyusun barang- barangnya.
“Rajin sekali kau!” kataku. Dia pun langsung menoleh ke arahku.
“Hahaha…. Kau nggak nyusun barang- barangmu?” tanyanya. Aku menggeleng sambil memegang punggungku. Dia mengerti bahwa aku sedang lelah dan nggak berniat menyusun barang- barangku.
Drrrrttt…….
Ponselku pun bergetar. Ah, tuhan semoga saja dari Hoya! Dan benar, tuhan telah mengabulkan permintaanku. Hahaha…..
From: Hoya
Hahahaha. Sudahlah, istirahatlah dulu. Kau kan lelah, nanti malam kita sambung lagi yah!
Aku tersenyum. Aku pun tak lagi membalas pesannya, karena aku benar- benar lelah. Lagipula, dia pun menyuruhku untuk istirahat. Aku pun merebahkan diri di ranjang yang empuk ini.
~Part 1 End~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar